Lahir dan besar dari bapak seorang Timor Leste dan mama Jawa Timur, saya, seorang religious SPM dari kongregasi Suster-Suster Santa Perawan Maria dari Amersfoort, ditugaskan di tanah paling ujung timur Nusantara, di Papua Barat Daya. Di sebuah sekolah yang baru dibuka secara resmi pada 18 Agustus 2024 oleh bapak uskup keuskupan Manokwari-Sorong. Berlokasi di kampung Iwin, Distrik Fef, Kabupaten Tambrauw dengan jumlah penduduk yang 91% Kristen (76% Kristen Protestan dan 14% Katolik) yang merupakan sebuah ibukota baru sejak November 2008.
Melihat mayoritas penduduknya yang adalah Kristen, peserta didik baru di SMPK Santa Maria Tambrauw yang berjumlah 40 orang juga didominasi oleh Kristen Protestan sejumlah 21 orang dan Katolik 19 orang. Nilai kekristenan telah tertanam dalam keluarga-keluarga Kristen dengan cukup baik, namun belum semua. Di lain sisi, dari sudut cara hidup dan keteladanan masih menjadi sebuah keprihatinan umum. Karena kota ini berada di daerah pedalaman yang jauh dari akses metropolitan, untuk mendapatkan hiburan dan kesenangan kuliner atau semacamnya yang lebih banyak pilihan dan bervariasi.
Kabupaten yang memiliki luas 11.529,18 km ini, selain telah mendeklarasikan diri sebagai kabupaten konservasi berlatar belakang budaya adat, sangat kental dengan ritual-ritual adat dari masing-masing daerah atau kampung. Entah ritual dan upacara adat pelepasan tanah, denda adat dan atau ritual adat lainnya yang sangat kental. Di tengah kekayaan adat dan ritual daerah kampung tersebut, tersimpan keprihatinan yang layak untuk dijadikan proyek belas kasih dan rekonsiliasi antara Masyarakat dan gaya hidup bebas yang perlu ditarik dan lepas dari gaya hidup orang muda.
Sebagai generasi muda Gereja, masyarakat dan bangsa orang muda perlu mendapat perhatian lebih dalam hal pendampingan iman dan penanaman karakter baik dan baru bagi mereka.
Sebab telah banyak ditemukan dalam gaya hidup kekristenan di tengah keluarga-keluarga Kristen dan Katolik praktek hidup keluarga yang memiliki satu suami dengan beberapa istri dan anak-anak dari istri pertama, kedua, ketiga hingga empat. Bahkan mereka mendapat rumah masing-masing dari sang suami untuk tinggal bersama anak-anak mereka.
Gaya hidup demikian menjadi sebuah gaya hidup yang menjamur. Baik yang sudah menikah secara adat maupun hidup bersama tanpa ikatan gereja. Misalnya seseorang dengan jabatan sebagai tokoh adat kampung atau masyarakat adat tertentu, menikah dengan beberapa wanita adalah hal yang bisa “diterima” oleh warga setempat. Pemandangan demikian dalam sebuah keluarga menjadi akar yang menjadi tantangan berat pelayanan Gereja dalam membangun iman umat Allah dan pendalaman hidup iman yang benar, akan cukup menantang.
Kondisi/disposisi batin para peserta didik tampak rapuh dan mudah terdistraksi oleh kondisi temannya. Perasaan mereka halus dan mudah terbawa perasaan. Di lain sisi, kecenderungan mereka untuk bermain secara fisik dan verbal menjadi hal biasa. Namun, tak jarang mereka juga mudah tersulut emosi dan tak segan untuk “baku pukul teman” juga “baku maki” teman jika ada kata atau sikap yang membuat mereka merasa terganggu/tersinggung.
Situasi temperamen anak-anak muda ini, tampak lebih cepat berkembang dari usia mereka sendiri. Beberapa pengalaman saya dan para guru menemukan bahwa mereka sangat kesulitan dalam memberi maaf kepada teman yang telah melukai hati dan perasaan mereka. Cara mereka menyikapi ungkapan orang lain dan perasaan mereka yang emosional membutuhkan waktu dan proses lebih ekstra perhatian. Hal ini menjadi sebuah tantangan yang cukup berat dan sekaligus peluang untuk melakukan Pendidikan iman secara intens, terpadu dan kreatif.
Sebagai sekolah berpola asrama, SMPK Santa Maria Tambrauw memiliki aturan dalam melatih kedisiplinan dan pendidikan karakter yang lebih humanis dan unggul, sesuai dengan visi misi kongregasi. Pedoman asrama dalam melanjutkan pendidikan dan pembinaan peserta didik tampak dalam agenda kebersamaan dan kesepakatan yang dicapai dalam diskusi bersama di antara mereka dan suster pendamping atau guru.
Sebagai langkah awal pendidikan yang berciri khas katolik, berkarakter unggul, kasih dan bermartabat, Yayasan Perkumpulan Dharmaputri telah menghadirkan misi Pendidikan di Tambrauw dimulai dari level sekolah menengah pertama. Hal ini selaras dengan harapan dinas Pendidikan dan kerinduan gereja untuk mendidik, mendampingi dan mencetak generasi muda Tambrauw yang unggul di bidang akademik dan non akademik yang berciri khas katolik dan bermartabat.
Semoga kolaborasi dan kerjasama dengan pihak-pihak yang memiliki panggilan yang sama untuk membina iman orang muda semakin terjalin baik dan saling support sehingga Kerajaan Allah dan kerahiman-Nya semakin mudah ditemukan oleh orang muda dalam meniti cita-cita dan masa depan yang lebih unggul, berdedikasi, bersemangat kasih dan bermartabat.
Sebagai pribadi utusan kongregasi SPM dalam bermisi di daerah 3T (idaerah yang tergolong dalam daerah tertinggal, terdepan, dan terluar) ini, saya mencoba terbuka untuk berkenalan dengan anak-anak kampung adat dan pedalaman ini dengan cukup hati-hati. Karena dari banyak kisah, informasi dan data Masyarakat dari mulut ke mulut secara eksplisit mengatakan agar saya tidak gegabah. Bisa-bisa kata-kata yang saya katakan dapat membuat mereka tersinggung dan pada akhirnya perkara ini menjadi cara mereka untuk menuntut pertanggungjawaban saya hingga harus membayar denda adat yang tidak sedikit.
Namun, dalam pendampingan iman orang muda pada peserta didik di sini menuntut suster Pembina dan guru pendamping untuk tetap terus bersabar dan tekun. Misalnya dengan cara menyapa dan menegur anak-anak dengan menggunakan Bahasa yang paling sederhana dan yang dapat mereka pahami. Yaitu menggunakan bahasa sehari-hari yang mereka gunakan dan perlu diulang-ulang dan tegas agar mereka dapat merasakan sapaan itu mengandung unsur tegas atau marah.
Hal yang paling menantang dan hampir membuat hilang kesabaran saya adalah ketika terjadi pertengkaran antara mereka dengan temannya. Mereka dengan tegas tidak mau didamaikan. Tidak mau memberi maaf kepada temannya. Kecuali mereka datang sendiri dan mengatakan ingin berdamai kembali dan memaafkan temannya tanpa paksaan.
Sebagai seorang dewasa, saya membutuhkan banyak Rahmat untuk dapat melakukan pendampingan iman bagi mereka. Doa yang selalu saya mohon adalah agar jalan keselamatan melalui Pendidikan di SMPK Santa Maria Tambrauw menjadi jalan bagi mereka untuk mengalami kasih Allah dan kemurahan-Nya yang amat besar. Dengan demikian mereka akan siap membagikan rahmat-rahmat itu kembali kepada tanah kelahiran dengan segenap hati, jiwa, raga dan akal budi demi semakin besarnya kemuliaan Allah.
Tota Christi per Mariam.
Penulis: Sr. M. Delfina Delfin Indrawati SPM
Editor: Anastasia Avi
Comments