top of page

Uang dan Kebahagiaan


Beberapa orang muda ditanya oleh kakak pendampingnya: “Apa sih yang mau kamu lakukan setelah SMA?” Mereka pun menjawab: “Kuliah kak.” Ada juga yang menjawab: “Maunya sih kerja kak.” Ada juga yang to the point bilang, “Cari duitttt.”


Gambaran dinamika di atas adalah gambaran yang umum terjadi. Bahkan kakak-kakak pendamping sendiri juga mungkin pernah menjawab dengan kalimat yang sama seperti jawaban di atas. Perihal studi dan pekerjaan yang diusahakan, kebanyakan berujung pada pencarian “uang.” Hal itu tidaklah salah karena memang kita memerlukannya, antara lain untuk keperluan pendidikan, makan, jalan-jalan, belanja, bahkan untuk membantu orang lain, dsb.


Tapi, tentunya kita nggak hanya mau punya uang banyak kan? Kita juga mau sungguh-sungguh happy. Padahal, kalau melihat dunia saat ini, banyak orang yang berkecukupan namun kehilangan arti hidup. Ada juga yang berkekurangan namun tetap penuh dengan syukur.


Jadi, bagaimana caranya untuk tetap bisa sejalan antara uang dan juga kebahagiaan yang sesungguhnya? Beberapa hal yang perlu kita ingat adalah:


  1. Menggunakan uang untuk kebaikan!

Itulah nasihat dari Santo Cyril dari Yerusalem, seorang Bapa Gereja yang hidup pada tahun 315-387. Manusia punya kecenderungan terlena dengan kenyamanan bagi diri sendiri. Padahal, saat kita memiliki uang, kita juga punya tanggung jawab dalam mengelola keuangan tersebut. Bahkan, kita juga punya tanggung jawab untuk berbagi pada sesama yang membutuhkan. Misalnya saja teman kita yang kurang sejahtera, sahabat pemulung di jalanan, para tuna wisma, dan lainnya.


2. Memaknai pekerjaan yang dimiliki, tidak hanya sebagai cara mencari uang atau bahkan mesin uang, melainkan hal yang kita lakukan untuk memuliakan Tuhan. Dokumen Kristus Hidup 256 menyatakan bahwa, "Karya-karya itu tidak lagi menjadi sejumlah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan uang, untuk menjadi sibuk atau untuk menyenangkan orang lain. Semua ini merupakan panggilan karena kita dipanggil, ada sesuatu yang lebih dari sekadar pilihan pragmatis di pihak kita. Pada akhirnya, hal ini berarti mengerti untuk apa aku diciptakan, untuk apa aku berada di dunia ini, apa rencana Tuhan bagi hidupku."


3. Mengingat bahwa uang bukanlah segalanya. Meski uang membantu kita untuk melakukan banyak hal, tapi sadarilah jangan sampai fokus kita hanya pada uang dan uang dan uang. Uang hanyalah satu faktor yang diperlukan dalam hidup. Namun, relasi yang kuat pada Tuhan menjadi jauh lebih penting. Karena hidup kita adalah untuk memuliakanNya. Ia-lah yang membuka jalan dan yang mengatur segala hal dalam hidup kita.


Sebagai orang muda dan pendamping orang muda, pemahaman akan keuangan sangat diperlukan agar kita bisa bijaksana menyikapi hidup, bahwa hidup tidaklah selalu tentang uang.

Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Lukas 12:15

Penulis: Maria Anastasia (Salve Regina - DC Jakarta)



37 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Комментарии


bottom of page